30% konsumen melaporkan bahwa mereka sangat peduli tentang masalah
lingkungan dan mereka berusaha untuk mengaplikasikannya dalam pembelian suatu
barang. Namun masih terdapat beberapa kesenjangan dan nlai-nilai untuk go
green masih memiliki pengaruh yang lemah pada proses pengambilan keputusan.
Hal ini terjadi karena kekuatan merek, budaya, karakteristik demografi,
kebiasaan, kurangnya informasi, gaya hidup, kepribadian.
Jurnal ini membahas tentang proses pembelian untuk green consumer
dalam kaitannya terhadap produk teknologi konsumen di Inggris. Bagaimana
konsumen merespon adanya statement go green yang telah mendunia dan
merealisasikan informasi tersebut kedalam sebuah tindakan ketika membeli produk
(green consumer). Dalam jurnal ini juga membahas tentang bagaimana seseorang memutuskan
untuk membeli produk tersebut dan faktor apa saja yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan tersebut.
Barang-barang tersebut berupa :
·Mobil
·White goods
(kulkas, mesin cuci)
·Brown goods
(televisi, CD player)
·Small household
(tremos, pembuat roti)
·Komputer
·Green
electricity tariffs
Istilah
green consumer dianggap memiliki arti luas yang sama dengan 'lingkungan',
konsumen yang lebih memilih produk atau jasa yang tidak menyebabkan kerusakan
setidaknya terhadap lingkungan serta mereka yang mendukung bentuk keadilan
sosial. Konsumen 'Grey' digunakan untuk konsumen yang umumnya tidak memiliki
nilai-nilai ‘hijau’ atau gaya hidup.
Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam
memilih barang yang akan digunakannya mempunyai kategori sebagai berikut:
·Pilihan
konsumen
·Kebutuhan,
nilai, dan sikap
·Pengetahuan
·Social learning
·Proses membeli
·Kategori
konsumen
·Sifat dan
kategori produk
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini difokuskan pada titik yang merupakan proses pembelian green consumer yang berhubungan dengan produk
teknologi tersebut. Dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yang pertama
adalah penggunaan dan pembuangan produk seperti tingkat konsumsi dan daur ulang.
Yang kedua adalah produksi dan transportasi produk-produk, termasuk logam berat
yang digunakan apakah mengandung racun. Terakhir adalah Perusahaan yang bertanggung
jawab pada pemasok, pemilik atau anak perusahaan dari perusahaan tersebut.
Green consumer tidak hanya
mempertimbangkan faktor lingkungan ketika membeli suatu product tetapi juga
dapat dilihat dalam kegiatannya sehari-hari seperti mematiakan lampu atau
mendaur ulang kertas.
Metode :
wawancara semi-terstruktur dengan menggunakan teknik snowball sampling,
wawancara dilakukan setelah pembelian produk antara april 2004-april 2005. Subyek
yang akan diwawancarai direkrut dengan berbagai cara antaranya:
·Anggota dari
organic box
·Poster dan
leaflet dalam makanan, kejujuran dalam perdagangan, organik, dan toko-toko amal
·Anggota dari
kelompok friends of the earth
·Iklan di
newsletter dari kelompok swadaya Quaker Inggris
·Poster,
leaflet, dan email ke pusat budha di Inggris
·Berita dalam ethical
consumer
·Berita dalam pure
magazine
Subyek :
81 orang difokuskan di wilayah Yorkshire Inggris dengan rentang usia, jenis
kelamin, dan kelompok sosial yang berbeda.
Wawancara
dirancang dalam tiga bagian. Pada tahap pertama, sesuai dengan kritis insiden
teknik, yang diwawancarai diminta untuk menyebutkan beberapa contoh pembelian
barang baru (atau lama) pada umumnya harga yang lebih mahal adalah produk
berbasis teknologi. peneliti fokus pada produk dimana konsumen akan lebih
mungkin untuk mengingat proses pengambilan keputusan mereka, karena produk yang
mahal dan jarang dibeli, bukan kebiasaan memebeli setiap hari, seperti makanan.
Produk yang dibahas mencakup berbagai barang putih seperti (Kompor, lemari es,
lemari pembeku, mesin pencuci piring, cuci mesin dll) dan barang coklat
(Televisi, stereo, komputer dll) serta mobil, lampu energi rendah cahaya dan
tarif yang hemat.
Pada
tahap kedua wawancara, peserta diminta untuk menjelaskan secara rinci keputusan
pembelian mereka untuk dua atau tiga item yang mereka sebutkan pada tahap satu.
Peneliti meminta mereka untuk memberitahu tentang proses pembelian mereka dari
kecenderungan pertama untuk melihat-lihat atau membeli, melalui pengalaman
sebelumnya, termasuk pembagian mana yang berlaku. Peneliti juga mendorong
mereka berbicara tentang konteks gaya hidup dari pembelian mereka (seperti
pindah rumah, memiliki anak-anak atau pekerjaan sibuk) untuk memahami alasan
mereka untuk mulai proses pembelian.
Pada
tahap akhir dari wawancara, peneliti meminta peserta untuk memberitahu tentang
kebiasaan lain pembelian mereka, termasuk rutinitas mereka untuk membeli
makanan dan rumah produk tangga. Pada bagian ini, peneliti secara eksplisit mengajak
diskusi sebuyek tentang green (go green) dan kriteria etika dalam membeli
Hasil
penelitian :
81
green consumers menyatakan proses pengambilan keputusan ketika akan membeli
produk berbasis teknologi. Kriteria yang paling umum untuk istilah “green” terutama
apa yang bisa diklasifikasikan sebagai: 1. Produk ramah lingkungan (efisiensi energi, daya tahan, air konsumsi,
konversi LPG, jenis bahan bakar, konsumsi bahan bakar dan nilai energi)
2. Produk manufaktur (konten daur
ulang, kandungan kimia, dan dalam perbaikan)
3.
Ketersediaan barang bekas.
konsumen hijau produk teknologi konsumen di Inggris
terdiri dari lima elemen. Konteks sosial ekonomi, infrastruktur dan budaya
pembelian. Penelitian ini menunjukkan bahwa setiap pembelian individu
dipengaruhi oleh faktor situasional seperti pindah rumah, dan pengecer produk
“hijau” harus mengedarkan di tempat yang jauh dan hal tersebut menyebabkan
hambatan. Elemen pertama dari gerakan green consumer adalah individu itu
sendiri dan nilai-nilainya terhadap go green. Hal ini dipengaruhi oleh
pengetahuan konsumen tentang masalah yang relevan serta pengalaman pembelian
sebelumnya.
Dengan
pengetahuan dari proses pembelian umum green consumer, faktor yang akan
membantu green consumer untuk membeli produk teknologi yang lebih etis adalah:
1.Nilai “green” konsumen adalah
kuat;
2. Konsumen memiliki pengalaman pembelian;
3. Konsumen memiliki banyak waktu untuk penelitian dan pengambilan keputusan;
4. Konsumen memiliki pengetahuan yang baik tentang isu-isu lingkungan yang
relevan;
5. Produk “green” yang cukup tersedia, dan,
6. Konsumen mampu dan siap untuk biaya keuangan.
Source :
Sustainable consumption:green consumer behaviour when purchasing products:
By: William Young, Kumju Hwang, Seonaidh McDonaldand Caroline J. Oates
aku terus bertanya-tanya siapa ya nama
cowok tadi, bukannya aku dah lama sekelas sama dia tapi kok aku gak tau
namanya ya???
aish....gak tau ah!!!
*I like his smile - manis
pulang kuliahpun aku masih kepikiran dengan cowok tadi, siapa ya namanya??
ah lupakan..!!
tapi senyuman itu gak akan mungkin bisa aku lupakan, wajahnya yang teduh, tenang, dan senyumannya yang pastinya, manis...
next day...
eh ternyata orang itu satu kelas lagi sama aku *senangnya ^^
dan ternyata gak cuma aku aja yang terpesona, bahkan temen di sebelahku melakukan tindakan ekstrim
dia : eh itu cowok yang disana manis yaa?
me : hmm...
dia : aku photo ah
me : ehh???
tiba-tiba...
"ckreek" suara kamera dari HP dia bunyi
padahal kelas lagi hening *krik
seketika gue langsung pura-pura gak kenal ama temen samping gue, soalnya semua mata orang tertuju ke kita. untungnya si obyek pemotretan gak sadar..fiuuhhh lega.
aku langsung kasih pidato panjang lebar ke temen sampingku itu...ah so ashamed
~o~
owh ternyata kita banyak yang sekelas ya...
and finally i know your name *yelling with high jump
I'll call you Mr. Smile !!!
at night...
kling...
suara HP membuyarkan lamunanku yang sedang melayang entah kemana. sampai alat tulis dan semua benda yang ada dihadapanku pun terperanjat karena gerakanku yang tiba-tiba dengan sigap mengambil HP yang tergeletak lemah tak berdaya di kolong meja (?).
setelah liat layar HP...
kenapa ni vera sms aku, padahal kan gak ada tugas tumben..
from : vera
eh Re tau gak, cowok yang tadi cakep ya ^^
heh? cowok mana lagi ni?
to : vera
cowok yang mana sih?
kling...
gak ada semenit Hp aku udah bunyi lagi..cepet amat nih anak bales sms nya
from : vera
itu lho re yang pake kemeja kotak-kotak
kalo gak salah namanya Raja
ih...melting deh kalo liat *berbinar-binar
what? Raja yang pendiem itu? Vera suka cowok itu?
emm...untung bukan Mr. Smile *sigh
to : vera
owh itu...kamu suka?
lumayan sih..tapi aku lebih suka yang duduk di depan Raja
senyumannya itu lho....*puppy eyes kedip-kedip
semenit, dua menit...
kling...
from : vera
iya aku suka, Raja ganteng banget >.<
eh apa?
kamu suka Mr. Smile itu?
tapi emang lumayan sih hehe
to : vera
ahaha...memperbaiki keturunan ver
rite???
:p
satu detik (?)
kling...
from : vera
sesujuuuuu...... ^^
re, aku pengen cerita banyak ni, tapi besok aja ya kalo ketemu
to : Vera
wokey besok cerita aja sepuasmu
I'll be there for you :p
setengah detik (?)
kling...
from : vera
aaaa...co cwitt
thanks sooo :*
ya ampun aku lupa bilang kalo dia udah minta nomer HP aku *tepuk jidat
ah sudahlah...besok juga ketemu
let's sleep!!!
wanna dream about you...Mr. Smile
eits...aku lupa!!!
aku kan udah punya pacar, terus mau dikemanain tuh pacar??
biarlah...lupakan sejenak saja *plak
Hey, I just met you, and this is crazy, but here's my number, so call me, maybe?
It's hard to look right, at you baby,
but here's my number, so call me, maybe?
Hey, I just met you, and this is crazy,
but here's my number, so call me, maybe?
And all the other boys, try to chase me,
but here's my number, so call me, maybe?
lagu call me maybe nya Carly Rae Jepsen pun menjadi pengantar tidurku malam ini
CBT adalah
pengobatan atau terapi yang didasarkan pada
premis bahwa pikiran menentukan perasaan. Pasien diajarkan untuk memonitor pikiran
mereka dan mengidentifikasi orang-orang yang memicu perasaandan tindakan adiktif. Sementara mereka belajar cara-cara keterampilan baruuntuk mengatasi
dan mencegah kambuh. CBT biasanya membutuhkan 3 bulan perawatan, atau kira-kira
12 mingguan sesi. Tahap awal terapi perilaku, berfokus pada suatu perilaku
spesifik dan situasi di mana gangguan impulsecontrol menyebabkan
kesulitan terbesar. Sebagai terapi yang
berkembang, terapi
ini lebih fokus pada asumsi-asumsi kognitif dan
distorsi yang telah dikembangkan dan berefek pada perilaku. Terapi ini melibatkan penilaian jenis penyeimbangan, keterampilan dalam pemecahan masalah
dan mengatasi strategi pelatihan, pemodelan dalam terapi, mendukung
kelompok-kelompok, dan menjaga pikiran.
Prinsip-prinsip dalam CBT
CBT menggunakan
dua pendekatan dasar dalam membawa perubahan: (1) restrukturisasi peristiwa
kognitif dan (2) social dan pelatihanketerampilaninterpersonal. Dua pendekatan ini dibangun di atas dua jalur penguatan: (1)
memperkuat pikiran yang mengarah pada perilaku positif dan (2) memperkuat
perilaku karena konsekuensi positif dari perilaku itu. Pendekatan ini mempunyai cabang dalam terapi kognitif, yang terakhir di terapi perilaku.
Bersama-sama, mereka membentuk platform penting CBT.
Jenis-jenis CBT
Terapi perilaku
kognitif (CBT) berasal dari dua bidang yang berbeda, teori kognitif dan teoriperilaku.
1. Terapi Behaviorisme yang berfokus pada perilaku eksternal dan disregards internal proses
mental.
2. Terapi Pendekatan kognitif, dengan kontras,
menekankan pentingnya proses pemikiran internal.
Pada awal
1960-an, terapi mulai mengembangkan unsur-unsur yang dicampur terapi perilaku
dengan terapi kognitif. Dengan demikian, meskipun terapi perilaku dan kognitif
pendekatan tampaknya berkembang di jalan paralel, dari waktu ke waktu dua
pendekatan digabung ke dalam apa yang sekarang disebut terapi
kognitif-perilaku.
CBT berfokus pada kognitif: elemen dan struktur kognitif
1.Pikiran otomatis
Pikiran kognitif yang otomatis jangka pendek peristiwa . Mereka
tampaknya terjadi tanpa berpikir atau secara otomatis sebagai tanggapan atas
peristiwa eksternal. Pikiran seperti ini juga bisa disebut pikir kebiasaandalam rangka
untuk membantu klien mengerti bahwa kebiasaan berpikir itu mirip dengan perilaku
kebiasaan, yang dapat menjadi fokus perubahan.
2.Dasar-dasar
asumsi dan keyakinan inti.
Prosesasumsi
kognitif jangka
panjang dan keyakinaninti kurang tersedia untuk kesadaran individu daripadapikiran
otomatis (Seligman, Walker, dan Rosenhan, 2001). Mental proses lebih tahan lama dan stabil, dan
mereka membantu menentukan proses mental jangka pendek yang berada dalam
keadaan sadar. Dasar-dasar asumsi dan keyakinan inti dapat dipandang sebagai
skema, atau organisasi sistem, bahwa struktur orang berpikir otomatis.
CBT berfokus pada perilaku: kemampuan interpersonal dan sosial
Kemampuan tersebut meliputi keterampilan
komunikasi, pelatihan ketegasan, keterampilan meningkatkan hubungan, pelatihan
resolusi konflik dan manajemen agresi.
Fokus tanggungjawab CBT: membangun ketrampilan sosial
mengembangkan
keterampilan untuk hidup dalam harmoni dengan masyarakat dan terlibat dalam
perilaku yang berkontribusi terhadap hasil positif dalam masyarakat. Ini
melibatkan membangun sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk bertanggung
jawab secara moral dan untuk mengembangkan empati dan kepedulian akan
kesejahteraan dan keselamatan orang lain.
Kelebihan dan
kekurangan CBT
1.salah satu kelebihnnya
yaitu dapat mengukur kemampuan interpersonal dan kemampuan sosial seseorang
2. membangun keterampilan
sosial seseorang
3. keterampilan komunikasi
atau bersosialisasi
4. pelatihan ketegasan
5. keterampilan meningkatkan hubungan
6. pelatihan resolusi konflik dan manajemen agresi
7. tidak berfokus pada
satu sisi saja ( tidak hanya perilaku) tetapi juga dalam kognitif seseorang
Sedangkan kekurangannya
yaitu hanya mengukur dan mengatahui kondisi pada saat itu, selain itu
membutuhan waktu yang relatif lama.
Daftar Pustaka:
Tigmen, dkk.
2007. Cognitive-behavioral treatment.
Washington DC: National Institute of Corrections
Young,K. S. 2007.
Cognitive Behavior Therapy with Internet Addicts: Treatment Outcomes and
Implications. cyberpsychology & behavior. Volume 10, Number 5