Hey all, namaku Reenz aku adalah seorang mahasiswi jurusan psikologi salah satu universitas swasta di kota ini. saat ini adalah tahun ke-2 aku menikmati kehidupan menjadi seorang mahasiswa *menyenangkan
Pergantian semester adalah suatu hal yang selalu aku tunggu-tunggu, karena aku akan mendapatkan teman-teman baru lagi yang pastinya beda dengan tahun kemarin. Well, memang sistem di Universitas ini agak sedikit berbeda dengan Universitas lain, mahasiswa disini dapat memilih kelas mereka sesuka hati namun tetap berpegang teguh (?) pada jatah sks masing-masing smester.
Yak,hari ini sebenarnya udah beberapa minggu aku kuliah disemester 2 ini dan tugas-tugas kuliahpun mulai berdatangan dengan tidak diundang *loh.
-kelas psikologi kepribadian-
Kelompokku kebagian jatah untuk presentasi hari ini, kami berempat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. setiap kelompok terdiri sekitar 6-10 mahasiswa dan kami harus presentasi (menjelaskan) materi yang telah kita pelajari.
Presentasipun berjalan dengan lancar *walopun gak tau pada mudeng apa kgak >.<
ada beberapa yang tanya, dan akupun menjawab sesuai dengan materi yang telah aku jelaskan.
tiba-tiba seorang cowok bertanya....
dia: hey, nomer hp mu berapa?
aku: hah? buat apa? (heran, baru kenal tiba-tiba udah minta no hp *walopun kita udah satu kelas berminggu-minggu)
dia: kita kan sekelas....*dengan sebuah senyuman di bibirnya
aku: ow iya ding...*lupa
nomerku 089..... bla bla bla
dia: oke thanks *sambil memencet-mencet hp nya
ow iya siapa tadi?
aku: reenz *bukannya tadi pas presentasi udah nyebutin namaku ya
dia: owh, reenz *pencet-pencet hp lagi
aku: hmm....
satelah selesai kelas...
aku terus bertanya-tanya siapa ya nama cowok tadi, bukannya aku dah lama sekelas sama dia tapi kok aku gak tau namanya ya???
Eysenck berpendapat bahwa dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan dalam bentuk tipe dan trait. Namun dia juga berpendapat bahwa semua tingkah laku dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku actual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.
HIRARKI FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN
Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hirarkis, berturut-turut dari hirarki yang tertinggi ke hirarki yang terendah.
1.Hirarki tertinggi : Tipe, kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
2.Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadiuan yang penting dan permanen.
3.Hirarki ketiga : Kebiasaaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkah laku atau fikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
4.Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara actual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadapp suatu kejadian.
DIMENSI TIPE KEPRIBADIAN
Eysenck menemukan tiga dimensi tipe kepribadian yakni ekstraversi (E), neurotisme (N), dan psikotisme (P). Yang masing masing dumensi saling asing, sehingga dapat berlangsung kombinasi antar dimensi secara bebas. Masing-masing tipe merupakan kumpilan dari 9 trait, sehingga ssemuanya ada 27 trait. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar , ekstraversi lawannya introversi, neurotisme lawannya stabilita, psikotisme lawannya fungsi superego. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinnya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi dan semakin mendekati titik ekstrim, jumlahnya semakin sedikit.
EKSTRAVERSI (E)
NEUROTISME (N)
PSIKOTISME (P)
Sociable
Cemas
Agresif
Lincah
Tertekan
Dingin
Aktif
Berdosa
Egosentrik
Asertif
Harga diri rendah
Tak pribadi
Mencari sensasi
Tegang
Impulsive
Riang
Irasional
Antisosiaal
Dominan
Malu
Tak empatik
Bersemangat
Murung
Kreatif
Berani
Emosional
Keras hati
EKSTRAVERSI
Istilah ekstraversi dan introversi dipakai pertama kali oleh Jung. Menurut Jung, ekstraversi adalah orang yang pandangannya objektif dan tidak pribadi, sedang introversi adalah orang yang pandangannya subjektif dan individualis, konsep Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi lebih dekat dengan pemakaian istilah itu secara popular.
Ekstraversi mempunyai sifat : sociable, lincah, aktif, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat, berani
Introversi mempunyai sifat kebalikan dari ekstraversi : tidak social, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut.
Penyebab utama perbedaan antaara ekstraversi denagn introversi adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang ekstraversi CAL-nya rendah, sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan inderawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya introversi CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan miskin rangsangan social, seperti membaca, olahraga soliter (main sky, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif. Sedangkan orang ekstrovers memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta hura-hura, olahraga beregu (sepak bola, arung jeram ), minuman alcohol dan menghisap mariyuana.
NEUROTISME
Neuritisme-stabilita mempunyaikomponen hereditas yang kuat. Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar genetic dan trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif komplusif. Orang-orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat. Mereka sering mengeluh dengan symptom fisik, seoerti sakit kepala, sakit pinggang, dan pemasalahan psikologis yang kabur seperti khawatir dan cemas.
Menurut Eysenck, skor neurotisme mengikuti model stress-diatesis (diathesis-stress-model). Yaitu skor N yang tinggi lebih rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotic dibanding skor N yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan. Dasar biologis dari neurotisme adalah kepekaan reaksi system syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotic.
-Neurotisme yang mempunyai skor ANS tinggi yaitu individu mudah memberi respon secara emosional (emosi tidak stabil), seperti : cemas, tertekan, berdosa, harga diri rendah, tegang, irrasional, malu, murung, emosional.
-Jika ANS-nya rendah maka individu tersebut mempunyai respon yang tidak emosional atau emosi stabil.
PSIKOTISME
Orang yang psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psiotik. Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.
Orang yang skor psikotismenya tinggi memiliki trait : agresif, dingin, egosentrik, tak pribadi, impulsif, antisocial, tak empatik, kreatif, dan keras hati.
Sedangkan orang yang skor psikotismenya rendah mempunyai trait kebalikannya : baik hati, hangat, penuh perhatian, akrab, tenang, sangat social, empatik, kooperatif, dan sabar.
Source : Fiest, J. Fiest. Theoriest of Personality. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
tadi malam sekitar jam 7.30 aku nganter temen ke sebuah dusun tempat dia mengajar TPA, katanya dia mau izin ke takmir masjid desa tersebut untuk kerja bakti besok paginya.
aku nunggu di depan rumah pak takmir dan masih diatas motor ketika ada seorang bapak-bapak datang menghampiri....*jeng-jeng
bapak tak dikenal: lagi apa mbak?
aq : ini pak lagi nunggu temen *sambil senyum dan masih tetep nangkring di motor (gak sopan>.<)
bpk : lha rumahnya mana mbak (pake bhs jawa)
aq : deket sini kok pak, ngekos
bpk : aslinya?
aq : jauh pak
bpk : ow di kota ya?
aq : hmm..*senyum garing
bpk : namanya siapa mbak? (ini ngapain juga tanya nama segala *bingung)
Istilah “gender” dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Seringkali orang mencampuradukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah. Perbedaan peran gender ini juga menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada perempuan maupun laki-laki.
Gender
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Seks
Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
Perbedaan Gender dan Seks
GENDER SEKS
JENIS KELAMIN
- Bisa berubah
- Dapat dipertukarkan
- Tergantung musim
- Tergantung budaya masing-masing
- Bukan kodrat (buatan
masyarakat)
- Tidak bisa berubah
- Tidak dapat dipertukarkan
- Berlaku sepanjang masa
- Berlaku di mana saja
- Kodrat (ciptaan Tuhan):
perempuan menstruasi,
hamil, melahirkan, menyusui
Teori Nurture
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalahhasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orangorang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik dari nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, militer, DPR, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) guna memberikan peluang bagi pemberdayaan perempuan yang kadangkala berakibat timbulnya reaksi negatif dari kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut.
Teori Nature
Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour), begitu pula dalam kehidupan keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandani oleh dua nakhoda. Talcott Persons dan Bales (1979) berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan isteri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen) antara suami-isteri dalam keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.
Teori Equilibrium
Disamping kedua aliran tersebut, terdapat paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.
Source :
Sasongko,S. 2009. Modul 2 Konsep dan Teori Gender. BKKBN:Tidak diterbitkan
Oh, secret admirer
When you're around the autumn
Feels like summer
How come you're always messing
up the weather?
Just like you do to me....
My silly admirer
How come you never send me bouquet of flowers?
It's whole lot better than disturbing my slumber
If you keep knocking at my door
Last night in my sleep
I dreamt of you riding on my counting sheep
Oh how you're always bouncing
Oh you look so annoying
Dear handsome admirer
I always think that you're a very nice fellow
But suddenly you make me feel so mellow
Every time you say hello
And every time you look at me
I wish you vanish and disappear into the air
How come you keep on smiling?
Oh! You look so annoying.
My secret admirer
I never thought my heart could be so yearning
Please tell me now why you try to ignore me
'Cause I do miss you so
['cause I do miss you so...]
My silly admirer
['cause I do miss you so...]
My handsome admirer
['cause I do miss you so...]
Dear secret admirer
['cause I do miss you so...]
'Cause I do miss you so