Jumat, 13 April 2012

struktur kepribadian menurut Eysenck

Eysenck berpendapat bahwa dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan dalam bentuk tipe dan trait. Namun dia juga berpendapat bahwa semua tingkah laku dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku actual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.

HIRARKI FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN

Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku oleh Eysenck dipandang memiliki empat tingkatan hirarkis, berturut-turut dari hirarki yang tertinggi ke hirarki yang terendah.

1.    Hirarki tertinggi : Tipe, kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.

2.    Hirarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadiuan yang penting dan permanen.

3.    Hirarki ketiga : Kebiasaaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, tingkah laku atau fikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.

4.    Hirarki terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara actual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadapp suatu kejadian.



DIMENSI TIPE KEPRIBADIAN

Eysenck menemukan tiga dimensi tipe kepribadian  yakni ekstraversi (E), neurotisme (N), dan psikotisme (P). Yang masing masing dumensi saling asing, sehingga dapat berlangsung kombinasi antar dimensi secara bebas. Masing-masing tipe merupakan kumpilan dari 9 trait, sehingga ssemuanya ada 27 trait. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar , ekstraversi lawannya introversi, neurotisme lawannya stabilita, psikotisme lawannya fungsi superego. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinnya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi dan semakin mendekati titik ekstrim, jumlahnya semakin sedikit.

EKSTRAVERSI (E)
NEUROTISME (N)
PSIKOTISME (P)
Sociable
Cemas
Agresif
Lincah
Tertekan
Dingin
Aktif
Berdosa
Egosentrik
Asertif
Harga diri rendah
Tak pribadi
Mencari sensasi
Tegang
Impulsive
Riang
Irasional
Antisosiaal
Dominan
Malu
Tak empatik
Bersemangat
Murung
Kreatif
Berani
Emosional
Keras hati


EKSTRAVERSI

Istilah ekstraversi dan introversi dipakai pertama kali oleh Jung. Menurut Jung, ekstraversi adalah orang yang pandangannya objektif dan tidak pribadi, sedang introversi adalah orang yang pandangannya subjektif dan individualis, konsep Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi lebih dekat dengan pemakaian istilah itu secara popular.

Ekstraversi mempunyai sifat : sociable, lincah, aktif, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat, berani

Introversi mempunyai sifat kebalikan dari ekstraversi : tidak social, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut.

Penyebab utama perbedaan antaara ekstraversi denagn introversi adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang ekstraversi CAL-nya rendah, sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan inderawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya introversi CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan miskin rangsangan social, seperti membaca, olahraga soliter (main sky, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif. Sedangkan orang ekstrovers memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta hura-hura, olahraga beregu (sepak bola, arung jeram ), minuman alcohol dan menghisap mariyuana.

NEUROTISME

Neuritisme-stabilita mempunyaikomponen hereditas yang kuat. Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan bukti dasar genetic dan trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan obsesif komplusif. Orang-orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat. Mereka sering mengeluh dengan symptom fisik, seoerti sakit kepala, sakit pinggang, dan pemasalahan psikologis yang kabur seperti khawatir dan cemas.

Menurut Eysenck, skor neurotisme mengikuti model stress-diatesis (diathesis-stress-model). Yaitu skor N yang tinggi lebih rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotic dibanding skor N yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan. Dasar biologis dari neurotisme adalah kepekaan reaksi system syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi  lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotic.

-Neurotisme yang mempunyai skor ANS tinggi yaitu individu mudah memberi respon secara emosional (emosi tidak stabil), seperti : cemas, tertekan, berdosa, harga diri rendah, tegang, irrasional, malu, murung, emosional.

-Jika ANS-nya rendah maka individu tersebut mempunyai respon yang tidak emosional atau emosi stabil.



PSIKOTISME

Orang yang psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psiotik. Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.         

Orang yang skor psikotismenya tinggi memiliki trait : agresif, dingin, egosentrik, tak pribadi, impulsif, antisocial, tak empatik, kreatif, dan keras hati.

Sedangkan orang yang skor psikotismenya rendah mempunyai trait kebalikannya : baik hati, hangat, penuh perhatian, akrab, tenang, sangat social, empatik, kooperatif, dan sabar.
       
Source : Fiest, J. Fiest. Theoriest of Personality. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar